Kenapa lagu Genjer-genjer dilarang?

Kenapa lagu Genjer-genjer dilarang?

Tidak ada regulasi khusus yang melarang lagu Genjer-Genjer, kecuali pemberitaan di era Orde Baru yang menciptakan cerita bahwa lagu tersebut digunakan sebagai pengiring Gerakan 30 September alias GESTAPU.

Film tentang Pemberontakan G30S/PKI yang harus terus diputar selama lebih dari sepuluh tahun telah meninggalkan kesan mengerikan tentang lagu Genjer-Genjer yang menjadi pengiring pembunuhan para jenderal.

Lagu ini bisa bikin trauma berat lho, bahkan bagi beberapa orang, bisa bikin bulu kuduk merinding.

Dalam pelaksanaannya, setelah rezim baru jatuh, lagu ini masih menimbulkan ketakutan di kalangan orang-orang.

Lagu Genjer-Genjer punya pengaruh dalam pembuatan lagu yang diberi judul ‘Genjer’ oleh S. Mamang. \n”Pak Mamang.”

Lagu yang keluar pada tahun 2006 ini memiliki lirik yang unik, walaupun beberapa nada yang digunakan terdengar mirip dengan lagu Genjer-Genjer yang diciptakan oleh Muhammad Arief.

Lagu iki uga dinyanyikan déning penyanyi terkenal Banyuwangi, Catur Arum. Albumnya yang memuat lagu tersebut sudah tidak tersedia lagi dan dihentikan setelah dicetak sebanyak 3.000 keping VCD.

Dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada BBC News Indonesia, Catur Arum menyatakan bahwa ia tidak lagi ingin memberikan komentar.

“Didiskusikan tanpa hasil,” ujarnya, ia mengungkapkan rasa sedihnya karena “lagu menjadi korban”.

Dalam keadaan lain, lagu ini diaransemen dalam berbagai genre musik di Indonesia dan dapat ditemukan di platform YouTube.

Kumpulan muzik Dengue Fever dari Amerika juga menyusun semula lagu ini dalam bahasa Khmer, iaitu bahasa dari Kamboja.

Lagu Genjer-Genjer memiliki dampak penting bagi perkembangan Indonesia. “Tapi dinyanyikan lagu ini jadi dilarang di Indonesia,” ujar Gitaris Dengue Fever, Zac Holtzman kepada BBC News Indonesia.

Itu adalah sesuatu yang disesalkan bagi para seniman Banyuwangi. Karya orang Osing yang tersebar ke seluruh dunia, akhirnya tidak menjadikan mereka bangga. “Catur menuliskan bahwa dia merasa sedih,” ujar penulis.

Pada tahun 2009, sebuah stasiun radio swasta di Solo, Jawa Tengah mengalami keberatan dari sekelompok individu yang menyebut diri mereka sebagai Laskar Hizbullah karena menyiarkan lagu Genjer-Genjer.

Seperti yang dilansir oleh Antara, mereka memiliki keberatan atas lagu tersebut karena dianggap sebagai milik PKI yang dituduh sebagai pengkhianat negara.

Di tahun 2016 yang lain, ‘Band reggae Mesin Sampink dari Mojokerto, Jawa Timur, harus menghadap polisi setelah menyanyikan lagu Genjer-Genjer di konser mereka.

Dewe dhewe banjur mung kunjungi hedeh sutikan, grup band iki wus arep ngomong karo BBC News Indonesia.

“Yg sing dikene ki, wong uga ki?” uwu Oki Saputra, ngrangsang gitar Mesin Sampink.

“Mungkin dulu belum kita sadar bahwa lagu ini bisa menimbulkan kontroversi, tapi sekarang sudah kita ketahui sejarahnya.” Lagu nya kontroversial dan menyenangkan. Mari kita fokus pada hal-hal positifnya.

Bila ada perdebatan, kami anak muda senang dengan perdebatan,” kata Oki sambil tersenyum.