Studi Sebut Nasib Lulusan Sekolah Unggulan Tak Beda Jauh pakai Sekolah Biasa

Studi Sebut Nasib Lulusan Sekolah Unggulan Tak Beda Jauh pakai Sekolah Biasa

Studi terbaru semenjak pengembara Melissa Tham dan teman-teman membujuk konsepsi bahwa bocah cerdas teristiadat merembes di perguruan jaminan agar periode depannya baik.
Hasil ulasan menyinggir, dekat umur 19-25 pedengan setelah lulus, kodrat tamatan perguruan jaminan dan perguruan habitat umum tidak hanyut berbeda, seumpama dipublikasi di British Journal of Education Studies.

Dalam ulasan ini, yang dimaksud pakai perguruan jaminan yaitu perguruan habitat yang semata-mata mematuhi cekel-cekel pakai kapabilitas akademik terbaik. Untuk merembes perguruan ini, karet cekel teristiadat turut penelitian merembes terstandar dan diseleksi berasaskan digit terbaik, dikutip semenjak pekarangan Taylor and Francis Group Newsroom.

Sejumlah ibu bapak berpaham bocah cerdas penting menjelang merembes perguruan jaminan sehingga bisa tersampuk meluaskan kepintaran akademiknya.

Sekolah jaminan juga lazimnya menetapkan pembasuh tangan gratis atau lebih rendah daripada perguruan elit. Untuk itu, cekel semenjak alun-alun ekonomi rendah di perguruan jaminan khususnya bisa menggabai kursus yang berkelompok dan merengkuh kebolehan akademik yang mampu bersaing.

Namun dekat umur 19-25 tahun, sambungan ulasan menyinggir tidak berlebihan pertentangan seslat sambungan kursus dan kehidupan keluarga tamatan perguruan jaminan pakai keluarga tamatan perguruan habitat umum.

Contohnya, 81% siswa sekolah unggulan lanjut studi ke pendidikan tinggi atau mendapat kerja di usia 19 tahun, sedangkan siswa sekolah negeri biasa sebanyak 77,6%.

Namun, perbedaan sekitar 3% tersebut juga lenyap jika si siswa lulusan sekolah negeri biasa memiliki sejumlah karakteristik kunci yang cocok dengan peluang studi atau kerja yang diinginkan, seperti latar sosioekonomi tertentu, gender, atau lokasi geografis tertentu.

Kemudian di usia 25 tahun, perbedaan hasil studi dan kerja antara orang lulusan sekolah unggulan dan sekolah biasa juga tidak signifikan. Keduanya sama-sama cenderung bisa lanjut kuliah maupun bekerja.

Namun, yang membedakan adalah kepuasan hidup. Hasil studi menunjukkan bahwa masuk sekolah unggulan meningkatkan skor kepuasan hidup secara umum bagi mantan siswanya hingga 0.19 poin.

Peneliti menilai perlu studi lebih lanjut untuk memastikan apakah sekolah unggulan benar-benar memberikan manfaat bagi siswa dengan kemampuan akademik baik.

“Kami berpendapat bahwa sekolah negeri unggulan tidak bermanfaat banyak untuk seorang siswa,” kata Wade.

Peneliti berpendapat, besarnya signifikansi seleksi masuk sekolah perlu dicek kembali jika pada kenyataannya tidak benar-benar memberi manfaat yang diharapkan orang tua.

“Ketimbang mengutak-atik beberapa aspek penerimaan siswa, kami rasa lebih penting untuk meninjau dan menguji sekolah https://www.sipenmaru.id/ unggulan secara menyeluruh dan kritis, dan mengecilkan signifikansi selektivitasnya jika ternyata tidak memberi manfaat yang diharapkan,” tutur Huo.